4 Des 2024 20:46 - 2 menit membaca

Kritik untuk Gus Miftah: Mengingat Posisi dan Peran sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan

Bagikan

Friksi.id.Jakarta – Belakangan ini, video Gus Miftah yang mengolok-olok seorang penjual es teh dengan kata “goblok” menjadi viral di media sosial. Sebagai tokoh publik, apalagi menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan, tindakan ini tidak hanya mencederai nilai-nilai kepantasan, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar tentang keteladanan yang seharusnya ia tunjukkan dan sudah selayaknya Gus Miftah mengundurkan diri dari posisinya.

Gus Miftah dikenal luas sebagai sosok yang lantang menyuarakan toleransi, inklusi, dan empati di masyarakat. Ironisnya, dalam insiden ini, ia justru menunjukkan sikap yang jauh dari prinsip-prinsip tersebut. Menggunakan kata-kata merendahkan terhadap pedagang kecil yang sedang berjuang mencari nafkah bukanlah perilaku yang mencerminkan seorang pemimpin dalam bidang toleransi.

Sebagai Staf Utusan Khusus Presiden, Gus Miftah seharusnya menyadari bahwa setiap kata dan tindakannya akan menjadi sorotan publik. Ia adalah representasi nilai-nilai yang diembannya, termasuk menghargai martabat setiap individu tanpa memandang latar belakang atau status sosial. Sikap mengolok-olok ini justru mempertegas kesenjangan antara tokoh masyarakat dengan rakyat kecil yang seharusnya ia bela dan dukung.

Di tengah kesulitan ekonomi yang melanda banyak orang, pedagang seperti penjual es teh adalah pejuang yang berusaha bertahan hidup dengan cara yang halal. Jika es teh yang dijual belum habis, itu bukan sesuatu yang pantas dijadikan bahan olok-olok, melainkan semestinya menjadi pengingat untuk kita semua agar lebih peka terhadap perjuangan mereka.

Kritik ini bukan sekadar serangan personal, melainkan harapan agar Gus Miftah, sebagai figur publik, bisa lebih berhati-hati dalam bertindak dan berkata. Posisi yang diembannya menuntut tanggung jawab besar untuk menjadi teladan, bukan malah menciptakan preseden buruk yang mengikis kepercayaan publik terhadap nilai-nilai toleransi yang ia wakili.

Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang menginspirasi dengan tindakan nyata, bukan sekadar retorika. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi Gus Miftah untuk lebih bijaksana dalam menjalankan perannya, baik sebagai ulama maupun pejabat negara. Dan lebih dari itu, semoga kejadian ini mengingatkan kita semua untuk selalu menjaga empati, terutama kepada mereka yang berada di lapisan paling bawah dalam kehidupan sosial.

Hormat Kami,

Awaludin,

Ketua Umum

Perhimpunan Islam Nusantara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

- - Kritik untuk Gus Miftah: Mengingat Posisi dan Peran sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan